Meraih Impian Dengan Sawit Sebagai Andalan
Kondisi ekonomi sulit
membuat anak-anak di pedalaman Sumatera kala
itu takut sekalipun hanya untuk
bermimpi. Jangankan untuk biaya sekolah, untuk makan
sehari-hari saja kembang kempis. Keluarga harus mengeratkan ikat pinggangnya
untuk pengeluaran bulanan. Berharap dari penghasilan sawit yang saat itu tahun
tanam sekitar 1992-1997, masih jauh dari harapan. Tapi untuk kembali ke kampung
halaman di pulau Jawa, tentu lebih tidak mungkin lagi. Wis direwangi
nyebrang segoro, isin nek ora sukses (Sudah melewati laut/samudera, malu
jika tidak sukses).
Setelah menanam bibit, petani tidak langsung menuai hasil. Justru perjuangan kian berat. Banyaknya hama berupa babi/celeng menjadi musuh paling berat dihadapi petani. Belasan hingga puluhan bibit sawit yang telah ditanam dirusak hama. Petani harus melakukan penyulaman. Mengganti bibit yang rusak dengan bibit yang baru. Tentu ini memakan biaya, waktu, dan tenaga yang tidak sedikit. Penyulaman itu tidak cukup dilakukan sekali dua kali tetapi berkali-kali. Saat itu, hama memang menjadi tantangan utama. Padahal, berbagai cara sudah dilakukan mulai dari pagar kawat berduri, jeratan, hingga kawat strum.

Lalu tahun-tahun berlalu. Anak-anak dari pedalaman itu
bukan hanya bisa menyelesaikan pendidikan wajib belajarnya, tapi bahkan mereka
mampu bersekolah setinggi-tingginya. Dulu bahkan untuk kuliah
saja tidak terpikirkan,
saat ini bahkan mereka kuliah S1, S2, bahkan S3. Dulu untuk makan saja sulit, kehidupan pun membaik. Rumah terisi barang-barang
elektronik dan alat kendaraan
baik roda dua maupun roda empat. Mereka yang dulu serba kekurangan, saat ini sudah 'jadi orang'. Ada yang jadi
kepala desa, PNS, anggota dewan, camat atau dokter. Dari hasil sawit itulah mereka meraih semua itu. Tidak berlebihan jika mengatakan sawit sebagai andalan.
#BicaraSawit sama saja Bicara Impian.
Itulah
cerita para petani di pelosok pulau Sumatera. Cerita ini adalah kisah saya dan
keluarga saya serta masyarakat di desa saya. Kisah itu mungkin tidak beda jauh dengan kisah 21 juta orang
lainnya-petani sawit di Indonesia- dan 5,3 juta pekerja, menjadikan sawit
sebagai sumber penghidupan. Sawit telah berjasa membantu
mengurangi kemiskinan sebanyak 10 juta orang dengan 1,3 jutanya di kawasan di
pedesaan (2001-2010).
Kontribusi Kelapa Sawit
Bagi Negara
Sawit menjadi komoditas penting bagi Indonesia
dengan menjadi penyumbang devisa
terbesar bagi negara kita. Pada tahun 2017, sumbangan devisa sawit kepada
negara sebesar USD 23 miliar atau setara dengan Rp. 300 triliun. Industri minyak
sawit telah terbukti sebagai industri yang strategis dalam perekonomian
Indonesia baik saat ini maupun di masa mendatang. Kontribusi sawit sangat strategis pada ketahanan ekonomi,
ketahanan energi, dan ramah lingkungan.
Indonesia
menyuplai 85% kebutuhan sawit dunia. Berbagai perusahaan sawit memberikan
kesempatan kerja bagi jutaan orang sehingga
mereka tidak menumpuk di perkotaan saja. Sawit berperan mengurangi jumlah
pengangguran yang merupakan sebuah
masalah
besar dihadapi negara kita. Kontribusi minyak sawit yang cukup besar baik dalam
ekspor non migas, penciptaan lapangan kerja, pembangunan daerah pedesaan dan
pengurangan kemiskinan. Jadi,
#SawitBaik ya.
Minyak Sawit di Sekitar
Kita

Sumber referensi:
http://sawitbaik.id/
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-sawit/item166
Post a Comment for "Meraih Impian Dengan Sawit Sebagai Andalan"
Kata Pengunjung: